Jumat, 18 Maret 2016

B A P E R ?

Selamat petang, untuk semua yang merindukan kasih sayang.

Hari ini aku mau sedikit berceloteh tentang beberapa kejadian yang baru-baru ini aku alami, yang mungkin juga barang kali kalian temui. Langsung aja deh daripada makin ngelantur dan makin gak jelas. Jadi begini, kemaren beberapa temanku lagi ngobrol ngalor-ngidul dan kebetulan aku nguping terus nimbrung. Berikut potongan percakapannya.
"Eh, kamu akhir-akhir ini rajin update status line. Mana statusnya baper banget lagi. Kamu kenapa sih?" kata si anggap saja Jingga (nama disamarkan hehe....)
"Ih, biasa aja keles. Gak kenapa-kenapa kok, lagi pengen aja hehe"
Terus aku mulai nimbrung deh,

"Ya biarin aja sih bikin status yang berbau baper gitu, berarti kita perlu bersyukur berarti ini bocah masih punya perasaan hehe"

Nah dari obrolan di atas, aku mau sedikit ngomongin masalah baper dari sudut pandangku pribadi. Karena sejujurnya kadang aku juga gak luput dari baper. Oke lanjut, baper disini menurut aku adalah kondisi dimana seseorang berada di puncak tingkat kepekaan rasa dia sebagai manusia (apaan sih). Dari pengamatan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, orang-orang baper ini biasanya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang kemudian dilampiaskan dengan berbagai macam ekspresi. Contohnya, lagi ada nemu quotes bagus dari sosmed dan pas dengan kondisi perasaannya terus dibikin status, bisa juga pas lagi berada di suasna yang mestakung (semesta mendukung) semisal pas hujan turun dia berbrainstorming  sambil duduk di dekat jendela terus bikin kata-kata puitis yang dijadiin status, dan masih banyak lagi.

Menurutku (lagi), baper itu memiliki keterkaitan dengan galau. Dimana kegalauan jika terakumulasi akhirnya melahirkan sifat baper pada diri seseorang. Selama baper itu gak merusak, aku sih gk ada masalah, karena baper itu sendiri, seperti yang dijelaskan di atas, kondisi puncak kepekaan rasa manusia. Bisa dibilang, baper itu adalah bentuk olah rasa dan ekspresi seseorang dengan bantuan stimulan-stimulan yang dia temui dan hadapi di kehidupannya. Selain itu, kegalauan bisa menuntun seseorang ke arah baper yang lebih positif. Kok positif ? iya positif, dari baper, bawa perasaan, menuju baper, bawa perubahan.

Kalau ada pertanyaan kok bisa gitu ya? jawabannya tentu bisa dong. Kenapa? Jadi begini, sedikit cerita aja sih, menurut kolega saya salah satu senior demissioner di organisasiku bilang begini.
"Setiap tahun dalam kehidupan kita itu perlu ada kegalauan, karena dari kegalauan itu kita akan menemukan jalan keluar dan sesuatu yang berharga"
Dari situlah aku mencoba mencerna kata-kata itu dan mencoba mencari kebenarannya di dunia nyata. Ternyata emang benar terjadi dan nyata adanya. Contoh nyatanya aja deh, kalian tahu bang Wira Nagara, penulis buku Distilasi Alkena. Dari tulisan-tulisannya yang berawal dari kegalaudannya, dia bisa berhasil menciptakan sebuah karya dan dibukukan. Nah disini ini yang dimaksud jalan keluar dan sesuatu yang berharga, dari kegalauan bisa jadi karya, dari bawa persaan jadi bawa perubahan. Masih banyak contoh lain selain bang Wira ini, googling aja deh hehe.

Jadi gitu teman-teman, gak selamanya baper itu tentang kesedihan tapi baper juga bisa menjadi awal dari satu langkah untuk menjadi lebih baik. Intinya setiap diri seseorang itu punya rasa, dan cara mengolah rasa itu bermacam-macam salah satunya denga cara dibenturkan dulu dengan masalah dan menimbulkan kegalauan yang kemudian dimetabolisme jadi baper, bawa perasaan, dan diolah lagi jadilah baper, bawa perubahan seperti yang sudah dipaparkan di atar.

Oke deh, sementara untuk hari ini tulisan ini aku cukupkan dulu. Mungkin gak begitu bermanfaat, tapi semoga bisa jadi selingan untuk mengurai ketegangan dalam menghadapi permasalahan hidup (apaan sih!) hehehe.

Ahir kalimat,
Selamat malam para penikmat temaram, tersenyumlah dan buang semua dendam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar