Selasa, 24 Mei 2016

Elegi Untuk Pengecut

Hai kau
Iya kau yang terus bersembunyi
Bersembunyi dalam senyum palsu
Senyum dengan segala luka dan rasa takut di dalamnya
Berharap agar orang lain mengulurkan tangannya menyibak topeng kepalsuanmu
Tapi yang kau dapat hanya angin lalu
Tak seorangpun mengulurkan tangannya kepadamu

Kau tahu kenapa?

Karena kau hanya hidup dalam tempurungmu
Tempurung yang sempit, kumuh, dan gelap
Sendiri dan ketakutan akan kesendirian itu
Takut akan kesepian itu
Sampai kapan kau akan seperti itu?

Dasar pengecut !

Rabu, 23 Maret 2016

Jika Kau Merasa . . .

Jika kau merasa kesepian, jangan kau kutuk rasa kesepian
Kutuklah dirimu yang telah membangun dinding pembatas untuk dirimu

Jika kau merasa bodoh, jangan kau caci kebodohanmu
Cacilah dirimu yang telah membuang kesempatanmu untuk belajar

Jika kau merasa tidak berdaya, jangan kau hina ketidakberdayaanmu
Hinalah dirimu yang tak mau untuk terus berjuang

Jika kau merasa hampa, jangan kau cerca kehampaanmu
Cercalah dirimu yang selalu menghampakan diri

Jika kau merasa lemah, jangan kau cela kelemahanmu
Celalah dirimu yang tak mau berlatih

Jika kau merasa buruk, jangan kau hujat keburukanmu
Hujatlah dirimu yang tak pernah memperindah diri

Jika kau merasa.... ah sudahlah !

Sabtu, 19 Maret 2016

Fermentasi Problematika

Selamat malam penikmat temaram yang mengharap seseorang hingga mata terpejam.

Eits, sebelum pada terpejam disini aku nulis lagi nih. Yang aku tulis ini masih ada sedikit keterkaitannya sama tulisanku kemarin (baca : B A P E R ?). Apa sih yang mau aku tulis sekarang? Hmm apa ya? Kita cari tahu aja sama-sama yuk. Omong-omong kenapa judulnya "Fermentasi Problematika"? Suka-suka aku dong hehe, gk kok becanda. Jadi alasan aku pakai itu judul karena kemaren waktu di kelas aku dapat pelajaran tentang fermentasi yang intinya proses penguraian senyawa kompleks oleh mikroba menjadi energi dan zat sederhana tertentu melalui proses metabolisme, yang kemudian zat tersebut bisa dimanfaatkan oleh manusia. Lalu hubungannya dengan problematika apa?

Kita bisa menarik prinsip tersebut dalam kehidupan sehari dan kita terapkan dalam menghadapi permasalahan. Mari kita uraikan perlahan-lahan. Dalam fermentasi terdapat namanya proses metabolisme, dimana dalam metabolisme perlu prekursor atau bahan baku yang kemudian dimetabolisme menjadi metabolit primer, dengan metabolit primer ini digunakan untuk tumbuh oleh mikroba hingga pada titik tertentu prekursor sudah habis, si mikroba akan menggunakan metabolit primer dan dari metabolit primer ini bisa diperoleh metabolit sekunder yang bermanfaat bagi manusia. Jika ditarik dalam kehidupan, kita selalu menghadapi suatu permasalahan, permasalahan ini kita anggap sebagai prekursor. Permasalah demi permasalah hingga bertumpuk membuat diri kita menjadi galau, kegalauan ini kita analogikan sebagai metabolit primer. Meskipun kita dirundung galau kita masih hidup kan? Hingga akhirnya permasalahan berakhir dan tersisalah galau. Kita sebagai manusia sudah dibekali akal oleh Tuhan untuk mengolah kegalauan kita. Kmudian ketika hati mulai tegar, pikiran mulai jernih, dan emosi mulai stabil, diri ini akan berusaha menyudahi kegalauan ini dan membuahkan sebuah jalan atau pencerahan serta energi baru. Inilah metabolit sekunder kita, sebuah jalan atau pencerahan sehingga habislah kegalauan itu. Jalan ini suatu saat akan bermanfaat bagi orang lain yang menghadapi permasalahan yang sama seperti yang kita hadapi. Begitulah kenapa Fermentasi Problematika.

Mungkin tulisan ini rada ngawur dan gak begitu bermanfaat ya, tapi aku berharap ini bisa jadi sampah kompos buat teman-teman. Sekian dulu untuk tulisan sabtu malam (minggu) ini. Aku ucapkan selamat beristirahat buat kalian semua mengharapkan ada hati yang terpikat.

See you...

Jumat, 18 Maret 2016

B A P E R ?

Selamat petang, untuk semua yang merindukan kasih sayang.

Hari ini aku mau sedikit berceloteh tentang beberapa kejadian yang baru-baru ini aku alami, yang mungkin juga barang kali kalian temui. Langsung aja deh daripada makin ngelantur dan makin gak jelas. Jadi begini, kemaren beberapa temanku lagi ngobrol ngalor-ngidul dan kebetulan aku nguping terus nimbrung. Berikut potongan percakapannya.
"Eh, kamu akhir-akhir ini rajin update status line. Mana statusnya baper banget lagi. Kamu kenapa sih?" kata si anggap saja Jingga (nama disamarkan hehe....)
"Ih, biasa aja keles. Gak kenapa-kenapa kok, lagi pengen aja hehe"
Terus aku mulai nimbrung deh,

"Ya biarin aja sih bikin status yang berbau baper gitu, berarti kita perlu bersyukur berarti ini bocah masih punya perasaan hehe"

Nah dari obrolan di atas, aku mau sedikit ngomongin masalah baper dari sudut pandangku pribadi. Karena sejujurnya kadang aku juga gak luput dari baper. Oke lanjut, baper disini menurut aku adalah kondisi dimana seseorang berada di puncak tingkat kepekaan rasa dia sebagai manusia (apaan sih). Dari pengamatan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, orang-orang baper ini biasanya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang kemudian dilampiaskan dengan berbagai macam ekspresi. Contohnya, lagi ada nemu quotes bagus dari sosmed dan pas dengan kondisi perasaannya terus dibikin status, bisa juga pas lagi berada di suasna yang mestakung (semesta mendukung) semisal pas hujan turun dia berbrainstorming  sambil duduk di dekat jendela terus bikin kata-kata puitis yang dijadiin status, dan masih banyak lagi.

Menurutku (lagi), baper itu memiliki keterkaitan dengan galau. Dimana kegalauan jika terakumulasi akhirnya melahirkan sifat baper pada diri seseorang. Selama baper itu gak merusak, aku sih gk ada masalah, karena baper itu sendiri, seperti yang dijelaskan di atas, kondisi puncak kepekaan rasa manusia. Bisa dibilang, baper itu adalah bentuk olah rasa dan ekspresi seseorang dengan bantuan stimulan-stimulan yang dia temui dan hadapi di kehidupannya. Selain itu, kegalauan bisa menuntun seseorang ke arah baper yang lebih positif. Kok positif ? iya positif, dari baper, bawa perasaan, menuju baper, bawa perubahan.

Kalau ada pertanyaan kok bisa gitu ya? jawabannya tentu bisa dong. Kenapa? Jadi begini, sedikit cerita aja sih, menurut kolega saya salah satu senior demissioner di organisasiku bilang begini.
"Setiap tahun dalam kehidupan kita itu perlu ada kegalauan, karena dari kegalauan itu kita akan menemukan jalan keluar dan sesuatu yang berharga"
Dari situlah aku mencoba mencerna kata-kata itu dan mencoba mencari kebenarannya di dunia nyata. Ternyata emang benar terjadi dan nyata adanya. Contoh nyatanya aja deh, kalian tahu bang Wira Nagara, penulis buku Distilasi Alkena. Dari tulisan-tulisannya yang berawal dari kegalaudannya, dia bisa berhasil menciptakan sebuah karya dan dibukukan. Nah disini ini yang dimaksud jalan keluar dan sesuatu yang berharga, dari kegalauan bisa jadi karya, dari bawa persaan jadi bawa perubahan. Masih banyak contoh lain selain bang Wira ini, googling aja deh hehe.

Jadi gitu teman-teman, gak selamanya baper itu tentang kesedihan tapi baper juga bisa menjadi awal dari satu langkah untuk menjadi lebih baik. Intinya setiap diri seseorang itu punya rasa, dan cara mengolah rasa itu bermacam-macam salah satunya denga cara dibenturkan dulu dengan masalah dan menimbulkan kegalauan yang kemudian dimetabolisme jadi baper, bawa perasaan, dan diolah lagi jadilah baper, bawa perubahan seperti yang sudah dipaparkan di atar.

Oke deh, sementara untuk hari ini tulisan ini aku cukupkan dulu. Mungkin gak begitu bermanfaat, tapi semoga bisa jadi selingan untuk mengurai ketegangan dalam menghadapi permasalahan hidup (apaan sih!) hehehe.

Ahir kalimat,
Selamat malam para penikmat temaram, tersenyumlah dan buang semua dendam.



Rabu, 16 Maret 2016

Merangkai Memori

Selamat malam, untuk semua penikmat malam dengan cara yang beragam. Malam ini mencoba kembali membuka buku catatan maya yang sudah usang ini. Sudah hampir 1 tahun tidak membuka catatan ini dan sudah banyak sekali momentum yang terlewati. Malam ini juga kembali untuk mencoba menulis kembali di catatan ini agar tidak menjadi sampah maya.

Untuk tulisan malam ini sekaligus tulisan pertama di tahun ini, ingin mencoba merangkai kembali ingatan yang sudah dilalui beberapa bulan ini. Mungkin tidak begitu penting apalagi bermanfaat, ini hanyalah tulisan yang tak seberapa berharga. Entah memulainya dari mana, tapi hanya ingin kembali mencoba menulis dan berbagi sedikit cerita.

Baiklah, mari mulai cerita ini dari bulan pertama tahun ini, Januari. Januari, bulan yang merupakan salah satu bulan yang aku sukai. Mengapa? Karena di bulan ini aku dilahirkan 21 tahun yang lalu, selain itu juga di bulan Januari aku memulai kisah kasih dengan dia menjadi KITA. Kembali lagi di bulan Januari tahun ini, aku mencoba kembali belajar mengasah kemampuanku tentang seni grafis dan visual. Selain untuk mengasah kemampuan, juga mengisi waktu luang sebelum bertemu kembali dengan bangku kuliah di semerter sekian ini. Selama mengisi waktu itu, aku bertemu dengan orang-orang hebat seperti tentorku dalam belajar seni garafis dan visual. Dia masih muda, baru duduk di bangku kuliah, namun mampu menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang banyak dengan menjadi seorang tentor seni grafis dan visual di salah satu LPK di kota budaya ini. Selain itu, di bulan Januari ini aku memasuki suatu kehidapan organisasi yang baru yang berperan menjadi penghubung dan menjembatani beberapa organisasi dalam lingkup yang biasa kami sebut sebagai "Gelanggang Mahasiswa", di dalam sana aku bertemu dengan orang-orang hebat dengan berbagai latar belakang dan berbagai bidang keilmuan yang membuat wawasan sedikit semakin terbuka. Bulan Januari ini juga, dia mencoba menerapkan keilmuannya di kota istimewa ini yang bertempat tak jauh dari gubukku. Meskipun dekat, tapi tak leluasa untuk saling bertemu karena saling memiliki kegiatan. Dalam proses penerapan keilmuannya, dia juga menceritakan pilihan yang ingin dia pilih di kehidupannya di kota sebrang, dimana pilihan itu akan mengubah jalan cerita kita. Selain itu di bulan Januari ini hasrat raga untuk berlatih entah mengapa menguap.

Hari berlalu dan waktu terus berputar, masuklah di bulan Februari. Bulan yang identik dengan bulan penuh perdebatan hari 'kasih sayang'. Selain itu di bulan Februari tahun ini yang istimewa adalah memiliki  29 hari, ya kabisat. Bulan ini adalah bulan dimana perkuliahan dimulai dan perkuliahan berjalan berdasarkan peminatan. Sedikit menyinggung peminatan, peminatan di tempatku berkuliah dilaksanakan pada semester tertentu dan pendaftaran peminatan dilakukan pada bulan lalu. Kembali lagi ke bulan Februari, perkuliahan dimulai dan aku kembali memasuki dunia yang berbeda. Dunia yang bersinggungan lebih intim dengan tumbuhan, ya minat yang aku ambil adalah minat 'bahan alam'. Minat yang sudah mantap aku pilih sejak memasuki kampus tempatku menimba ilmu di kota pelajar ini. Kuliah mulai berjalan dan aku menjalani seatap dengan wanita-wanita hebat dengan segala keunikan dan kelebihannya. Sekedar informasi, di minat ini hanya terdiri dari 21 mahasiswa dan hanya aku yang berbeda, seorang laki-laki sendiri. Aku tetap bersyukur karena bisa masuk di minat yang aku inginkan. Minat yang menurutku istimewa, karena selain memiliki keidentikan dengan warna hijau, juga di hari pertama perkuliahan kamu sekelas disambut dengan kakak-kakak yang luar biasa dengan budaya yang unik untuk menyambut adik-adiknya. Bulan Februari ini juga aku mencoba hal baru untuk melatih rasa seni dalam sebuah bingkai melalui lubang kecil yang hanya bisa diintip. Fotografi ! Ya hobi yang cukup menguras pundi-pundi yang sudah aku kumpulkan beberapa waktu. Banyak juga hal yang terjadi selama 2 bulan awal tahun ini. Salah satunya kebijakan dari dewa di kahyangan sana yang ingin menggabungkan beberapa organisasi yang sudah lahir dan besar sejak lama menjadi 1 nama. Entah apa alasnnya hingga kini belum menemukan titik terang. Tak hanya tentang organisasi, kisah kita pun juga mulai berubah dengan berjalannya waktu yang membuat kita memeras lebih banyak emosi.

Memasuki bulan Maret, kisah kita pun mulai tampak semakin berubah dan membuat kami juga berubah serta mencoba untuk lebih bijak dalam mengekspresikan cinta. Kita sama-sama belajar untuk menyikapinya dengan cara merelakan waktu kami untuk saling komunikasi. Meski berat, kita sadar ini juga untuk kebaikan kita kedepannya. Semakin berjalannya waktu aku mulai memahami 1 hal, cinta tak selamanya tentang memiliki, tetapi cinta juga tentang keikhlasan. Akhirnya pun aku berusaha untuk mengikhlaskan. Sejalan dengan itu, aku mengobatinya dengan menyibukkan diri, kebetulan mulai bulan Maret ini, kegiatan di laboratorium yang biasa mahasiswa sebut sebagai praktikum mulai padat. Semakin padat kegiatan di laboratorium, semakin akrab aku dengan teman seatap dalam perkuliahan yang bisa aku sebut sebagai sahabat baruku. Aku mulai berbagi kegilaan dan ketidakjelasan bersama mereka, mulai saat itu aku semakin menikmati jalan yang pernah aku benci sebelumnya. Mungkin ini yang dulu disebutkan sebagai jalanku dan aku harus bisa menerima agar bisa nyaman untuk menyelesaikan perjalanan di kampus biru ini.

Mungkin, sementera memori yang bisa aku rangkai malam ini.

Selamat malam, untuk segala lelah yang membuat tubuh terbenam.

Jumat, 27 Maret 2015

Jenuh

Hai hai, udah lama nggak coret-coret disini haha. Ya maklumlah orang sibuk hahaha. (Sibuk apaan coba). Gini gengs, beberapa hari ini sumpek nih pikiran. Kalo orang bilang pikirannya udah ngalor-ngidul  nggak jelas. Mungkin karena kurangnya komunikasi aja sih sama anak-anak. Bener sih dengan komunikasi kita bisa meredam kesumpekan pikiran hahaha. Tapi ya gitu kalo udah ketemu temen-temen bingung mau mulai ngomong kaya gimana. Mumpung masih muda, ini bisa dibilang pelajaran hidup. Jadi secara tidak langsung ini membekali diri buat masa depan hehehe. Mungkin itu aja sih yang bisa aku tulis sekarang. See ya !

Rabu, 28 Januari 2015

Kata di Ujung Senja

Aku hanya menjawab apa yang kau tanya
Aku bercerita apa yang kau pinta
Aku bersuara apa yang kau ingin

Bencilah kataku jangan diriku
Hinalah tingkahku jangan diriku
Marahlah jika perlu
Lakukanlah semuanya semaumu
Tetapi jangan lupa akan diri

Mungkin kau akan menutup pintu maafmu
Jika kau ingin mengetuk pintu maafku silahkan
Tapi semua akan percuma,
Karena pintu maafku selalu terbuka untukmu